Kamis, 29 Agustus 2013

Seni Anyam Kalimantan Di Bentara Budaya


Hari  itu rabu tanggal 7 April 2013 saya mengunjungi Bentara Budaya Jakarta. Ini adalah pertama kali saya mengunjungi tempat tersebut. Senang dan lega rasanya menemukan lokasi ini. Begitu sampai di lokasi, nampak rumah kudus, yang merupakan bangunan utama menyambut kadatangan saya dengan kokoh, di kiri-kanannya berdiri bangunan yang sepertinya difungsikan untuk  pameran. Tepat antara bangunan kudus dan bangunan sisi kanan terdapat patung PK Ojong, Pendiri Kompas Gramedia. Di depan bangunan utama terdapat halaman yang cukup luas. Setelah cukup lama melihat-lihat saya pun mencoba mencari petugas, untuk mencari informasi, siapa tahu ada pameran di dalam sana. Yup, ternyata benar di dalam ada pameran seni anyam dari Kalimantan. “Silahkan saja masuk Mba, gratis ko”, perintah petugas tersebut.

Tanpa basa-basi saya pun masuk dengan senangnya, pandangan saya langsung tertuju pada gedung di sebelah kiri, dalam gedung ini terpampang berbagai seni anyam dari Kalimantan yang sangat indah. Saya takjub melihatnya, anyaman-anyaman tersebut bagaikan diukir dengan pola yang rumit dan rapi. Berbeda dengan anyaman-anyaman yang pernah saya lihat, anyaman khas Kalimantan ini memang unik, anyaman berkelas dengan seni yang tinggi. Alasan tersebut tidak salah, karena Pulau Kalimantan memiliki seni tradisi anyaman yang terkaya, terindah,  tercanggih dan paling beragam di dunia yang timbul baik dari sejarah budaya yang rumit di pulau itu, maupun dari kreativitas dan keahlian masyarakatnya.

Tudung misalnya, orang Kalimantan ada yang menyebut Seraung. Tudung ini bisa dibentuk dari rotan atau dari pandan. Tudung yang nampak dalam pameran terdiri dari tiga pola. seperti di tempat lain di dunia, penutup kepala di Borneo merupakan objek untuk memadukan kreativitas dan selera mode, yang kemudian melahirkan bentuk yang beraneka ragam. Tudung bisa di bentuk dari rotan yang dianyam halus atau  pandan berbentuk kerucut dengan lidah datar yang tidak dilepih. Untuk menambah kekhasan dari topi tersebut, setiap orang memberi ciri yang unik dengan menambahkan pernak-pernik atau kain pewarna tergantung kesukaan atau selera.

Tudung ini biasa di pakai untuk melindungi terik matahari ketika bekerja di sawah. Atau dalam tari-tarian pada hari perayaan, misal perayaan pertanian hingga upacara daur hidup. Dalam upacara daur hidup tudung dapat melindungi bayi dalam upacara pemberian nama, mempelai muda dalam upacara pernikahan, atau ibu hamil dalam upacara kehamilan. Dapat pula menjadi tempat benih padi keramat dalam pesta manunggal atau tempat tulang jenazah dalam upacara pemakaman kembali jenazah.

Selain tudung, ada juga tikar. Tikar-tikar tersebut terpampang dalam dinding, dari kejauhan terlihat seni lukis yang dianyam. Sungguh karya yang sangat indah. Tikar adalah karya anyaman dua dimensi yang datar. Tikar sederhana dari rotan atau pandan biasanya dihamparkan di tanah untuk menjemur padi. Tikar rotan yang kaku dan kokoh dihamparkan di beranda untuk pertemuan atau kegiatan bersama. Untuk duduk di rumah digunakan tikar rotan atau pandan yang tipis.

Biasanya  tikar dibuat dengan polos, tetapi beberapa suku di Borneo membuat tikar dengan pola yang rumit. Sebagaian besar tikar dianyam miring, tetapi ada juga yang dianyam tegak. Setiap daerah memiliki  gaya masing-masing dengan variasi lokal. Di Kalimantan Timur misalnya, tikar dibuat dengan pola kelarai hitam putih, terkadang dengan garis-garis ungu atau barisan tambahan motif kecil. Di Kalimantan Barat membuat tikar rotan hitam putih maupun tikar membran putih, dengan corak besar yang konon menggambarkan matahari, bintang,bunga atau binatang. 

Tikar-tikar diatas fungsinya macam-macam, selain untuk tempat duduk, tikar ini bisa difungsikan sebagai salah satu unsur dalam mas kawin.Ada juga tikar yang berfungsi sebagai cerita bergambar. Tikar ini menceritakan kisah tokoh dongeng  (pahlawan atau dewa) yang menggambarkan adegan dari kosmologi lokal atau korpus sastra lisan lokal yang berupa hikayat panjang yang dinyanyikan.
Seni anayam terakhir adalah Bakul. Bakul atau keranjang di Borneo memiliki ratusan bentuk dan ukuran, dan digunakan untuk beraneka keperluan. Bahannya juga sangat bervariasi, meskipun yang paling sering digunakan adalah rotan dan bambu, dengan tekhnik yang sangat beragam. Kebanyakan jenis bakul dibuat untuk dipakai mencari nafkah, dan terutama digunakan dalam kegiatan pertanian.
Saat menugal padi, para wanita membawa solong, bakul kecil berisi benih yang diikiat ke pinggang, bakul ini disebut bakul benih atau bakul pernikahan, bakul ini memiliki anyaman yang sangat tipis sehingga perlu anyaman dalam yang lebih tebal untuk memperkuat bakul.

Saat menuai, digunakan bakul ukuran sedang dari bambu atau  rotan. Isinya kemudian di pindahkan ke bakul besar yang kokoh untuk membawa padi dari huma ke desa.  

Itulah perjalanan saya menyaksikan pemeran seni anyam Kalimantan yang begitu indah