Hari itu rabu tanggal 7 April 2013 saya mengunjungi
Bentara Budaya Jakarta. Ini adalah pertama kali saya mengunjungi tempat
tersebut. Senang dan lega rasanya menemukan lokasi ini. Begitu sampai di
lokasi, nampak rumah kudus, yang merupakan bangunan utama menyambut kadatangan saya
dengan kokoh, di kiri-kanannya berdiri bangunan yang sepertinya difungsikan
untuk pameran. Tepat antara bangunan
kudus dan bangunan sisi kanan terdapat patung PK Ojong, Pendiri Kompas
Gramedia. Di depan bangunan utama terdapat halaman yang cukup luas. Setelah
cukup lama melihat-lihat saya pun mencoba mencari petugas, untuk mencari
informasi, siapa tahu ada pameran di dalam sana. Yup, ternyata benar di dalam ada pameran seni anyam dari Kalimantan.
“Silahkan saja masuk Mba, gratis ko”, perintah petugas tersebut.
Tanpa basa-basi saya
pun masuk dengan senangnya, pandangan saya langsung tertuju pada gedung di
sebelah kiri, dalam gedung ini terpampang berbagai seni anyam dari Kalimantan
yang sangat indah. Saya takjub melihatnya, anyaman-anyaman tersebut bagaikan diukir
dengan pola yang rumit dan rapi. Berbeda dengan anyaman-anyaman yang pernah
saya lihat, anyaman khas Kalimantan ini memang unik, anyaman berkelas dengan
seni yang tinggi. Alasan tersebut tidak salah, karena Pulau
Kalimantan memiliki seni tradisi anyaman yang terkaya, terindah, tercanggih dan paling beragam di dunia yang
timbul baik dari sejarah budaya yang rumit di pulau itu, maupun dari
kreativitas dan keahlian masyarakatnya.
Tudung misalnya, orang
Kalimantan ada yang menyebut Seraung. Tudung ini bisa dibentuk dari rotan atau
dari pandan. Tudung yang nampak dalam pameran terdiri dari tiga pola. seperti
di tempat lain di dunia, penutup kepala di Borneo merupakan objek untuk
memadukan kreativitas dan selera mode, yang kemudian melahirkan bentuk yang
beraneka ragam. Tudung bisa di bentuk dari rotan yang dianyam halus atau pandan berbentuk kerucut dengan lidah datar
yang tidak dilepih. Untuk menambah kekhasan dari topi tersebut, setiap orang
memberi ciri yang unik dengan menambahkan pernak-pernik atau kain pewarna
tergantung kesukaan atau selera.
Tudung ini biasa di
pakai untuk melindungi terik matahari ketika bekerja di sawah. Atau dalam
tari-tarian pada hari perayaan, misal perayaan pertanian hingga upacara daur
hidup. Dalam upacara daur hidup tudung dapat melindungi bayi dalam upacara
pemberian nama, mempelai muda dalam upacara pernikahan, atau ibu hamil dalam
upacara kehamilan. Dapat pula menjadi tempat benih padi keramat dalam pesta
manunggal atau tempat tulang jenazah dalam upacara pemakaman kembali jenazah.
Selain tudung, ada juga
tikar. Tikar-tikar tersebut terpampang dalam dinding, dari kejauhan terlihat
seni lukis yang dianyam. Sungguh karya yang sangat indah. Tikar adalah karya
anyaman dua dimensi yang datar. Tikar sederhana dari rotan atau pandan biasanya
dihamparkan di tanah untuk menjemur padi. Tikar rotan yang kaku dan kokoh dihamparkan
di beranda untuk pertemuan atau kegiatan bersama. Untuk duduk di rumah
digunakan tikar rotan atau pandan yang tipis.
Biasanya tikar dibuat dengan polos, tetapi beberapa
suku di Borneo membuat tikar dengan pola yang rumit. Sebagaian besar tikar
dianyam miring, tetapi ada juga yang dianyam tegak. Setiap daerah memiliki gaya masing-masing dengan variasi lokal. Di
Kalimantan Timur misalnya, tikar dibuat dengan pola kelarai hitam putih,
terkadang dengan garis-garis ungu atau barisan tambahan motif kecil. Di
Kalimantan Barat membuat tikar rotan hitam putih maupun tikar membran putih,
dengan corak besar yang konon menggambarkan matahari, bintang,bunga atau
binatang.
Tikar-tikar diatas fungsinya
macam-macam, selain untuk tempat duduk, tikar ini bisa difungsikan sebagai
salah satu unsur dalam mas kawin.Ada juga tikar yang berfungsi sebagai cerita
bergambar. Tikar ini menceritakan kisah tokoh dongeng (pahlawan atau dewa) yang menggambarkan
adegan dari kosmologi lokal atau korpus sastra lisan lokal yang berupa hikayat
panjang yang dinyanyikan.
Seni anayam terakhir
adalah Bakul. Bakul atau keranjang di Borneo memiliki ratusan bentuk dan
ukuran, dan digunakan untuk beraneka keperluan. Bahannya juga sangat
bervariasi, meskipun yang paling sering digunakan adalah rotan dan bambu,
dengan tekhnik yang sangat beragam. Kebanyakan jenis bakul dibuat untuk dipakai
mencari nafkah, dan terutama digunakan dalam kegiatan pertanian.
Saat menugal padi, para
wanita membawa solong, bakul kecil berisi benih yang diikiat ke pinggang, bakul
ini disebut bakul benih atau bakul pernikahan, bakul ini memiliki anyaman yang
sangat tipis sehingga perlu anyaman dalam yang lebih tebal untuk memperkuat
bakul.
Saat menuai, digunakan
bakul ukuran sedang dari bambu atau
rotan. Isinya kemudian di pindahkan ke bakul besar yang kokoh untuk
membawa padi dari huma ke desa.
Itulah perjalanan saya
menyaksikan pemeran seni anyam Kalimantan yang begitu indah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar